JellyPages.com

Sabtu, 10 November 2012

sekedar tahu

Daftar Nama Menteri Keuangan, Kabinet dan Periode Jabatan
nama mentri keuangan dari waktu ke waktu


Menteri Keuangan Dr. Samsi, kemudian diganti oleh Mr. A.A Maramis;
Kabinet Presidensial; 19 Agustus 1945 s.d. 14 November 1945.





Menteri Keuangan Mr. Sunarjo Kolopaking dan diganti Ir. Surachman Tjokrodisurjo;
Kabinet Sjahrir I; 14 November 1945 s.d. 12 Maret 1946.





Menteri Keuangan Ir. Surachman Tjokrodisurjo;
Kabinet Sjahrir I; 14 November 1945 s.d. 12 Maret 1946.





Menteri Keuangan Mr. Sjafruddin Prawiranegara;
Kabinet R.I.S.; 20 Desember 1949 s.d. 6 September 1950.





Menteri Keuangan Mr. Lukman Hakim;
Kabinet Susanto; 20 September 1949 s.d. 21 Januari 1950;
dan sampai Kabinet Halim; 21 Januari 1950 s.d. 6 September 1951.





Menteri Keuangan Mr. Sjafrudin Prawiranegara;
Kabinet Natsir (Kabinet Negara Kesatuan yang pertama); 6 September 1950 s.d. 27 April 1951.





Menteri Keuangan Jusuf Wibisono;
Kabinet Sukiman-Suwirjo; 27 April 1951 s.d. 3 April 1952.





Menteri Keuangan Prof. Dr. Sumitro Djojohadikusumo;
Kabinet Wilopo; 3 April 1952 s.d. 30 Juli 1953.





Menteri Keuangan Dr. Ong Eng Die;
Kabinet Ali Sastroamidjojo I; 30 Juli 1953 s.d. 12 Agustus 1955.





Menteri Keuangan Prof. Dr. Sumitro Djojohadikusumo;
Kabinet Burhanuddin Harahap; 12 Agustus 1955 s.d. 24 Maret 1956.





Menteri Keuangan Mr. Jusuf Wibisono;
Kabinet Ali Sastroamidjojo II; 24 Maret 1956 s.d. 9 April 1957.





Menteri Keuangan Mr. Sutikno Slamet;
Kabinet Karya; 9 April 1957 s.d. 10 Juli 1959.





Menteri Keuangan Ir. H. Djuanda;
Kabinet Kerja I; 10 Juli 1959 s.d. 18 Februari 1960.





Menteri Keuangan Ir. H. Djuanda dan R.M Notohamiprodjo;
Kabinet kerja II; 18 Februari 1960 s.d. 6 Maret 1962.





Menteri Keuangan R.M Notohamiprodjo;
Kabinet kerja III; 6 Maret 1962 s.d. 13 Nopember 1963.





Menteri Keuangan (Koordinator) Sumarno S.H.;
Kabinet Kerja IV; 13 Nopember 1963 s.d. 27 Agustus 1964.





Menteri Keuangan (Koordinator) Sumarno S.H.;
Kabinet Dwikora; 27 Agustus 1964 s.d. 28 Maret 1966.





Menteri Keuangan (Koordinator) Sumarno S.H.;
Kabinet Dwikora yang disempurnakan; 28 Maret 1966 s.d. 25 Juli 1966.





Menteri Keuangan Drs. Frans Seda;
Kabinet Ampera; 25 Juli 1966 s.d. 17 Oktober 1967.





Menteri Keuangan Drs. Frans Seda;
Kabinet Ampera yang disempurnakan; 17 Oktober 1967 s.d. 6 Juni 1968.





Menteri Keuangan Prof. Dr. Ali Wardhana;
Kabinet Pembangunan I; 6 Juni 1968 s.d. 27 Maret 1973.





Menteri Keuangan Prof. Dr. Ali Wardhana;
Kabinet Pembangunan II; 27 Maret 1973 s.d. 31 Maret 1983.





Menteri Keuangan Radius Prawiro;
Kabinet Pembangunan IV; 31 Maret 1983 s.d. 21 Maret 1988.





Menteri Keuangan Dr. Johannes Baptista Sumarlin dan Menteri Muda Keuangan Nasruddin Sumintapura;
Kabinet Pembangunan V; Maret 1988 s.d. 1993.





Menteri Keuangan Drs. Mar’ie Muhammad;
Kabinet Pembangunan VI; Maret 1993 s.d. Maret 1998.





Menteri Keuangan Dr. Fuad Bawazier;
Kabinet Pembangunan VII; 16 Maret 1998 s.d. 23 Mei 1998.





Menteri Keuangan Dr. Bambang Subianto;
Kabinet Reformasi Pembangunan; 23 Mei 1998 s.d. 29 Oktober 1999.





Menteri Keuangan Dr. Bambang Sudibyo;
Kabinet Persatuan Nasional; 29 Oktober 1999 s.d. 28 Agustus 2000.





Menteri Keuangan Prijadi Praptosuhardjo;
Kabinet Persatuan Nasional; 28 Agustus 2000 s.d. 13 Juli 2001.





Menteri Keuangan Drs. Rizal Ramli;
Kabinet Persatuan Nasional; 13 Juli 2001 s.d. 10 Agustus 2001.





Menteri Keuangan Dr. Boediono;
Kabinet Gotong Royong; 10 Agustus 2001 s.d. 21-10-2004.





Menteri Keuangan Jusuf Anwar;
Kabinet Indonesia Bersatu; 21-10-2004 s.d 07-12-2005


.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati;
Kabinet Indonesia Bersatu; 07-12-2005 s.d ... 2010


(dari berbagai sumber)

Uang Republik Indonesia Serikat


                                                                                  
                                                       Seri RIS 1950

Uang kertas RIS ditandatangani oleh Mr. Sjafruddin Prawiranegara sebagai Menteri Keuangan RIS. Tetapi uang kertas ini tidak berumur panjang, karena pada tanggal 17 Agustus 1950 riwayat RIS berakhir dan digantikan oleh Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

 Sebagai pengganti seri RIS, pemerintah NKRI pada tahun 1951 mengedarkan emisi pertama uang kertasnya yang terdiri dari pecahan 1 dan 2,5 rupiah (seri Pemandangan Alam I) yang ditandatangani oleh Menteri Keuangan Mr. Sjafruddin Prawiranegara (Kabinet Natsir). Seri yang dicetak oleh Security Banknote Company (Amerika Serikat) ini pada bagian belakang pecahan 2,5 rupiahnya terdapat gambar lambang negara kita Garuda Pancasila yang baru untuk pertama kalinya dicantumkan di uang kertas.
                                                        Seri Pemandangan Alam I (1951)



Kedua seri di atas memang tidak dikeluarkan oleh Bank Indonesia (BI), karena pada saat tersebut Bank Indonesia belum terbentuk. Tetapi setelah Bank Indonesia berdiri tahun 1953 tenyata masih terdapat beberapa jenis uang kertas yang tidak dikeluarkan oleh BI melainkan oleh Pemerintah Republik Indonesia.
Uang kertas yang dikeluarkan oleh Pemerintah Republik Indonesia memiliki beberapa ciri yang mirip dengan muntbiljet nya pemerintah Hindia Belanda:
1. Hanya terdiri dari pecahan 1 dan 2,5 rupiah

2. Bertulisan REPUBLIK INDONESIA (bukan Bank Indonesia)
3. Tidak memiliki tanda air (watermark) kecuali pada emisi 1964
4. Ditandatangani oleh Menteri Keuangan
Mari kita lihat jenis-jenis uang kertas tersebut
Seri Pemandangan Alam 1953
                                                   
Ditandatangani oleh Prof. Dr. Soemitro Djojohadikusumongan (3 April 1952 – 30 Juli 1953) sebagai Menteri Keuangan pada kabinet Wilopo. Uang ini memiliki gambar yang sama dengan seri sebelumnya dan juga dicetak oleh Security Banknote Company. Yang menjadi perhatian adalah 2 huruf pada nomor serinya merupakan lanjutan dari seri Pemandangan Alam I.
Seri Suku Bangsa I 1954
Seri yang terdiri dari pecahan 1 dan 2,5 rupiah ini ditandatangani oleh Dr. Ong Eng Die yang menjabat Menteri Keuangan semasa kabinet Ali Sastroaidjojo I dari tanggal 30 Juli 1953 sampai dengan 12 Agustus 1955. Uang yang dicetak oleh Pertjetakan Kebajoran NV ini tidak memiliki tanda air sebagai pengaman dan sampai saat ini masih bisa ditemukan dalam jumlah sangat banyak.
Seri Sukubangsa II 1956
Seri ini memiliki gambar yang serupa dengan seri sebelumnya, tetapi ditandatangani oleh Mr. Jusuf Wibisono yang menjabat sebagai Menteri Keuangan kabinet Ali Sastroamidjojo II dari tanggal 24 Maret 1956 sampai dengan 9 April 1957.

Seri Sandang Pangan I 1960
Seri yang terdiri dari 2 pecahan ini dicetak oleh Pertjetakan Kebajoran yang sudah berubah status badan hukumnya dari NV menjadi PT. Tanda tangan oleh Ir. H. Djuanda Kartawidjaja sebagai Menteri Keuangan kabinet Kerja I dan Kerja II (10 Juli 1959 – 1 Juli 1960). Pada masa Kabinet Kerja I inilah dikeluarkan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang No 2 tahun 1959 pada tanggal 24 Agustus 1959 yang menetapkan penurunan nilai uang kertas pecahan 500 dan 1000 rupiah seri Hewan (1957) menjadi tinggal 10% saja dari nilai semula. Untuk lengkapnya silahkan baca Info Uang Kuno 14.
Seri Sandang Pangan II 1961
 Seri ini ditandatangani oleh R.M. Notohamiprodjo sebagai Menteri Keuangan kabinet Kerja II dan III menggantikan Ir. H. Djuanda K. Seri yang terdiri dari 2 pecahan ini dicetak oleh Pertjetakan Kebajoran yang statusnya sudah berubah lagi dari PT menjadi PN (Perusahaan Negara) berdasarkan PP no 34/1960 tertanggal 3 Juni 1960.

                                  Seri Soekarno Borneo 1961
                                             
Seri yang terdiri dari 2 pecahan ini rencananya diedarkan untuk wilayah Kalimantan Utara semasa konfrontasi dengan Malaysia. Berikut cuplikan situasi saat itu yang saya kutip dari Kompasiana:
Inilah propaganda Pendiri Republik Indonesia Soekarno terhadap Malaysia. Rupanya arogansi Malaysia tidak hanya terjadi sekarang saja, tetapi sejak jaman Soekarno. Malaysia sudah sering bertindak tidak simpati terhadap Indonesia, hingga Soekarno marah besar…
Mengapa Soekarno marah?
Pada 1961, Kalimantan dibagi menjadi empat administrasi. Kalimantan yang menjadi bagian Indonesia, terletak di selatan Kalimantan. Di utara adalah Kerajaan Brunei dan dua koloni Inggris, Sarawak dan Borneo Utara, yang kemudian dinamakan Sabah (Negara bagian Malaysia). Sebagai bagian dari penarikannya dari koloninya di Asia Tenggara, Inggris rupanya mencoba menggabungkan koloninya di Kalimantan dengan Semenanjung Malaya, Federasi Malaya dengan membentuk Federasi Malaysia.
Tentu saja, rencana ini ditentang oleh Pemerintahan Indonesia. Karena Presiden Soekarno berpendapat bahwa Malaysia hanya sebuah boneka Inggris, dan konsolidasi Malaysia hanya akan menambah kontrol Inggris di kawasan ini. Sehingga mengancam kedaulatan dan kemerdekaan Indonesia. Filipina juga membuat klaim yang sama atas Sabah, dengan alasan daerah itu memiliki hubungan sejarah dengan Filipina melalui Kesultanan Sulu.
Di Brunei, Tentara Nasional Kalimantan Utara (TNKU) memberontak pada 8 Desember 1962. Mereka mencoba menangkap Sultan Brunei, ladang minyak dan menyandera orang Eropa. Sultan lolos dan meminta pertolongan Inggris, dengan menerima pasukan Inggris dan Gurkha dari Singapura.
Filipina dan Indonesia resminya setuju untuk menerima pembentukan Federasi Malaysia apabila mayoritas di daerah yang hendak dilakukan dekolonial memilihnya dalam sebuah referendum yang diorganisasi oleh PBB.
Tetapi, pada 16 September 1962, sebelum hasil dari pemilihan dilaporkan, Malaysia melihat pembentukan federasi ini sebagai masalah dalam negeri. Tanpa tempat untuk turut campur orang luar, tetapi pemimpin Indonesia melihat hal ini sebagai perjanjian Manila Accord yang dilanggar dan sebagai bukti kolonialisme dan imperialisme Inggris masih berpengaruh.
Pergolakan aksi demopun tak pernah berhenti, aksi mengecam Soekarnopun terjadi. Bahkan aksi demonstrasi anti-Indonesia di Kuala Lumpur-pun terus memanas. Para demonstran menyerbu gedung KBRI, merobek-robek foto Soekarno. Bahkan di antara demonstran membawa lambang negara Garuda Pancasila ke hadapan Tunku Abdul Rahman (Perdana Menteri Malaysia saat itu) dan memaksanya untuk menginjak lambang negara Indonesia, Garuda. Peristiwa itupun memancing amarah Soekarno terhadap Malaysia begitu meledak.
Demonstrasi anti-Indonesia di Kuala Lumpur yang berlangsung tanggal 17 September 1963, sedang memuncak. Mereka marah terhadap Presiden Soekarno yang melancarkan konfrontasi terhadap Malaysia, juga karena serangan pasukan militer tidak resmi Indonesia terhadap Malaysia.
Berikut pengumuman Menteri Luar Negeri Indonesia Soebandrio bahwa Indonesia mengambil sikap bermusuhan terhadap Malaysia pada 20 Januari 1963. Selain itu para sukarelawan Indonesia (sepertinya pasukan militer tidak resmi) mulai memasuki Sarawak dan Sabah untuk menyebar propaganda dan melaksanakan penyerangan dan sabotase pada 12 April berikutnya.
Soekarno yang murka karena tindakan demonstrasi anti-Indonesian yang menginjak-injak lambang negara Indonesia, ingin melakukan balas dendam dengan melancarkan gerakan yang terkenal dengan nama Ganyang Malaysia. Soekarno memproklamirkan gerakan Ganyang Malaysia melalui pidato beliau yang amat bersejarah, berikut ini:
Kalau kita lapar itu biasa
Kalau kita malu itu juga biasa
Namun kalau kita lapar atau malu itu karena Malaysia, kurang ajar!
Kerahkan pasukan ke Kalimantan hajar cecunguk Malayan itu!
Pukul dan sikat jangan sampai tanah dan udara kita diinjak-injak oleh Malaysian keparat itu
Doakan aku, aku kan berangkat ke medan juang sebagai patriot Bangsa, sebagai martir Bangsa dan sebagai peluru Bangsa yang tak mau diinjak-injak harga dirinya.
Serukan serukan keseluruh pelosok negeri bahwa kita akan bersatu untuk melawan kehinaan ini kita akan membalas perlakuan ini dan kita tunjukkan bahwa kita masih memiliki gigi yang kuat dan kita juga masih memiliki martabat.
Yoo…ayoo… kita… Ganjang…
Ganjang… Malaysia
Ganjang… Malaysia
Bulatkan tekad
Semangat kita badja
Peluru kita banjak
Njawa kita banjak
Bila perlu satoe-satoe!
Soekarno.
(sumber: wikipedia)
Dari cerita di atas dapat diambil kesimpulan bahwa sebenarnya Indonesia sudah melakukan persiapan untuk menganyang Malaysia. Sampai-sampai sudah mencetak mata uangnya terlebih dahulu. Tetapi karena tujuan Soekarno tidak terwujud maka seri Borneo yang ditandatangani oleh Menteri Keuangan R.M. Notohamiprodjo ini tidak sempat digunakan. Tidak heran bila sampai saat ini kedua pecahan seri Borneo seringkali ditemukan dalam kondisi mulus alias UNC.


 Seri Soekarno 1964

 Seri 1964 ini berbeda dibandingkan seri-seri sebelumnya karena memiliki tanda air Garuda Pancasila. Selain itu juga memiliki beberapa variasi nomor seri dan pencetak. Ditandatangani oleh Mr. Sumarno SH sebagai Menteri Keuangan pada kabinet Kerja IV (13 November 1963 sd 27 Agustus 1964).


 Seri Soekarno Irian Barat 1961

 Setelah Irian Barat menjadi bagian dari RI pada tanggal 1 Mei 1963, pemerintah pusat segera mencetak dan mengedarkan uang kertas seri Irian Barat untuk digunakan sebagai pengganti mata uang gulden Nederlands Nieuw Guinea yang bergambar Ratu Juliana. Yang menarik terdapat perbedaan kurs antara rupiah Irian Barat dengan rupiah RI yaitu 1 rupiah IB sama dengan 10 rupiah RI. Kedua pecahan Irian Barat ini ditandatangani oleh Menteri Keuangan R.M Notohamiprodjo dan bergambar sama dengan seri Borneo



 Seri Soekarno Riau 1961


                                                                                 
Bergambar sama seperti seri Borneo dan Irian Barat, seri Riau yang diedarkan 15 Oktober 1963 ini digunakan sebagai pengganti dollar Malaya yang sebelumnya berlaku juga di Riau, Singapura dan British North Borneo. Seri ini hanya berlaku sebentar saja, karena pada 1 Juli 1964 pemerintah memberlakukan rupiah sebagaimana berlaku di wilayah-wilayah RI lainnya. Seri ini juga ditandatangani oleh Mr. R.M. Notohamiprodjo.
Pada masa Orde Baru, semua uang kertas dimulai dari seri Sudirman 1968 sampai dengan saat ini diedarkan hanya oleh Bank Indonesia. Tidak ada lagi uang kertas pecahan kecil yang dikeluarkan oleh Pemerintah RI. Tanda tanganpun tidak ada lagi oleh Menteri Keuangan melainkan oleh gubernur dan direktur BI. Pada katalog KUKI perbedaan uang Pemerintah RI dengan BI tidak dipisahkan, tetapi pada katalog Pick (Standard Catalog of World Paper Money) dengan jelas dipisahkan, karena itu sistem penomoran KUKI berbeda bila dibandingkan dengan Pick.
Sumber:
1. KUKI
2. Banknotes and Coins from Indonesia 1945-1990
3. Standard Catalog of World Paper Money
4. Kuliah numismatik oleh pak Sumana
5. Kompasiana, Wikipedia
6. Koleksi pribadi dan teman-teman kolektor
Sumber Artikel: http://www.uang-kuno.com
http://download-aplikasi-gratisbanyumas.blogspot.com/2012/06/uang-masa-republik-indonesia-serikat.html

Sabtu, 03 November 2012

Lirik Lagu Cakra Khan Harus Terpisah Lyrics



Sendiri sendiri ku diam, diam dan merenung
Merenungkan jalan yang kan membawaku pergi
Pergi tuk menjauh, menjauh darimu
Darimu yang mulai berhenti, berhenti mencoba
Mencoba bertahan, bertahan untuk terus bersamaku
*courtesy of LirikLaguIndonesia.Net
Ku berlari, kau terdiam, ku menangis, kau tersenyum
Ku berduka, kau bahagia, ku pergi, kau kembali
Ku mencoba meraih mimpi, kau coba tuk hentikan mimpi
Memang kita takkan menyatu

Bayangkan bayangkan ku hilang, hilang tak kembali
Kembali untuk mempertanyakan lagi cinta
Cintamu yang mungkin, mungkin tak berarti
Berarti untukku rindukan

Ku berlari, kau terdiam, ku menangis, kau tersenyum
Ku berduka, kau bahagia, ku pergi, kau kembali
Ku mencoba meraih mimpi, kau coba tuk hentikan mimpi
Memang kita takkan menyatu

Kini harusnya kita coba saling melupakan
Lupakan kita pernah bersama
Ku berlari, kau terdiam, ku menangis, kau tersenyum
Ku berduka, kau bahagia, ku pergi, kau kembali
Ku mencoba meraih mimpi, kau coba tuk hentikan mimpi
Memang kita takkan menyatu